Quote of The Day ...

QUOTE OF THE DAY:
Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid, one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.~ Douglas MacArthur

Jumat, 17 September 2010

Simaeru eNewsletter ~ edisi 01/I/2010

Profesional, Entrepreneur dan Pembelajar,

SEMANGAT PAGI!

Setiap minggu ESTUBIZI Business Center memilih artikel "baik dan indah" (Simaeru) yang membangkitkan inspirasi dan gagasan kreatif yang diambil dari berbagai sumber. Simaeru adalah sebuah kata dalam Bahasa Mentawai, suku terasing di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang berarti baik dan indah (good and beautiful)




Topik edisi ini adalah tentang "Kepemimpinan", sejalan dengan suasana negeri kita yang sedang mencari pemimpin sejati yang akan membawa kita ke arah Indonesia yang lebih baik dan indah. Tulisan John C. Maxwell tentang Nelson Mandela akan membuat Anda terinspirasi untuk menjadi pemimpin sejati. Selain itu Romo A. M. Mangunhardjana, SJ - dalam bukunya "Kepemimpinan", menambah wawasan kita untuk memperoleh "Enam Butir Kebahagiaan Seorang Pemimpin". Selamat menikmati!

Salam Pembelajaran. Mari Belajar Sambil Beramal!
Benyamin Ruslan Naba
ESTUBIZI Business Center - One place more activity

www.estubizi.com ~ http://estubizi.blogspot.com
Managed by PT Simaeru Indonesia Raya
T: 021-52 900 828
F: 021-52 971 875
SMS: 0882 1010 5812
E:
estubizi.business.center@gmail.com

*********************
*
* Artikel Pilihan Simaeru Minggu Ini
* Percikan Permenungan

*******************************************************
Investing in human capital is not a new idea - but it needs to be
pursued aggressively, not merely given lip service ~ Business Week
*******************************************************
BEBAS, AKHIRNYA

Oleh: John C. Maxwell
(dikutip dari buku "The Right to Lead" - "Hak untuk Memimpin, Studi tentang Karakter dan Keberanian", terbitan Interaksara, Batam, 2003, h.31-37).
"Ketika itulah saya berharap, sekaligus bersumpah, bahwa salah satu kesenangan hidup saya adalah peluang melayani bangsa saya dan memberikan kontribusi sederhana bagi perjuangan mereka meraih kebebasan."
Sumber foto: www.guardian.co.uk

PADA HARI KETIKA AKHIRNYA Nelson Mandela akan dibebaskan dari penjara Afrika Selatan, ia sedikit gelisah. Ia dijadwalkan akan dibebaskan pukul 3:00 sore, dan prosesnya berjalan lambat. Ia tidak mau bangsanya kecewa setelah demikian lama menantikannya.

SEMENTARA IA DENGAN ISTRINYA, Winnie, mendekati pintu gerbang kira-kira pukul 4:00 sore, Mandela mengharapkan akan melihat beberapa lusin orang, kebanyakan keluarga dan teman-teman. Tetapi ketika ia semakin dekat, ia melihat suatu keributan besar. Ia sadar bahwa ada banyak sekali orang ratusan wartawan, jurufoto, dan wartawan televisi, dan lebih dari seribu simpatisan.

Dalam otobiografinya, Long Walk to Freedom, ia berkomentar, "Dua puluh kaki dari pintu gerbang itu, kamera-kamera mulai dijepretkan, suara yang seperti binatang buas metalik. Para wartawan menyerukan pertanyaan-pertanyaan; para awak televisi mulai berkerumun; para pendukung ANC (African National Congress) berseru gembira. Sungguh kekacauan yang meriah, walaupun sedikit menggelisahkan."

KEBERANIAN MANDELA sudah lama dinanti-nantikan, dan ia meraihnya karena kepemimpinannya yang luar biasa.

Dari Pengiring Ternak Menjadi Pemimpin Bangsa
KETIKA ROLIHLAHLA "NELSON" MANDELA dilahirkan pada tahun 1918, keluarganya mengharapkan dia mencari nafkah dengan menggiring ternak, sama seperti mereka. Tetapi ketika ia berusia dua belas tahun, ayahnya meninggal, dan Mandela menjadi pembantu David Dalindyebo, Kepala Sukunya, Suku Thembu. Di bawah pengaruh Dalindyebo lah Nelson pertama kalinya sadar akan kepemimpinan. Walinya ini seringkali memimpin rapat suku yang berhari-hari dan selalu mampu menuntun sukunya mencapai konsensus.

MENGAMATI WALINYA sebagai pemimpin beraksi, hanyalah sebagian dari apa yang memicu Mandela untuk meraih prestasi. Pada tahun 1964 ia menulis tentang masa kecilnya, "Minat politik saya pertama kalinya timbul ketika saya dengarkan para tua-tua suku kami di desa saya ketika saya masih kecil. Mereka bicara tentang zaman dulu sebelum datang orang berkulit putih. Bangsa kami hidup damai di bawah pemerintahan demokratis raja-raja dan penasihat-penasihat mereka Para tua-tua suka menceritakan kemerdekaan dan betapa kemerdekaan itu diperjuangkan oleh nenek moyang kami membela negara kami, maupun tindakan-tindakan berani yang dilakukan para jenderal dan prajurit selama zaman pahlawan itu. Ketika itulah saya berharap, sekaligus bersumpah, bahwa salah satu kesenangan hidup saya adalah peluang melayani bangsa saya dan memberikan kontribusi sederhana bagi perjuangan mereka meraih kebebasan." Hasrat itulah yang mendorong Mandela untuk memasuki profesi hukum setelah lulus dari University of South Africa. Ia ingin menjadi pelaku perubahan, dan hukum tampaknya jalan terbaik yang bisa ditempuhnya.

DI AWAL TAHUN 1940-AN, Mandela bergabung dengan ANC. Ia dengan rekan-rekannya bertekad menciptakan gerakan besar-besaran untuk mengubah cara-cara warga berkulit hitam diperlakukan di negaranya. Pada pertengahan 1940-an, ia dengan beberapa orang membentuk African National Congress Youth League (ANCYL) untuk membantu mempercepat prosesnya. Tidak lama kemudian sesama anggotanya menyadari kepemimpinan serta kekuatan Mandela, dan pada tahun 1947, ia terpilih menjadi Sekretaris.

SELAMA TAHUN 1950-AN, Mandela dengan rekan-rekannya bekerja keras untuk menciptakan perubahan di negara mereka, menghasut pemogokan massal, boikot, protes, dan perlawanan pasif. Tetapi upaya mereka kurang sukses. Sementara itu, penindasan pemerintah terhadap yang bukan berkulit putih meningkat, semakin merenggut hak-hak mereka. Ketika Mandela dengan 150 orang lainnya dituduh berkhianat pada tahun 1956, masa depan perjuangannya tampak suram. Mandela melawan tuduhan-tuduhan itu selama enam tahun dan akhirnya diterima. Tetapi ia tahu pemerintahan Apartheid takkan membiarkannya begitu saja, maka ia pun bersembunyi. Seringkali ia menyamar sebagai supir atau buruh. Ia dijuluki Black Pimpernel.

Kehidupan sebagai Tawanan
KETIKA MANDELA MUNCUL, ia segera ditahan, diadili, dan dihukum lima tahun penjara. Selama pengadilan tersebut, Mandela mengatakan,
"Seumur hidup saya, saya mendedikasikan diri terhadap perjuangan Bangsa Afrika. Saya telah berjuang melawan dominasi warga berkulit putih, dan saya telah berjuang melawan dominasi warga berkulit hitam. Saya mendambakan demokrasi serta masyarakat bebas di mana semua orang hidup bersama secara harmonis dan dengan peluang-peluang yang sama. Itulah idealisme yang ingin saya capai selama hidup saya. Tetapi bila perlu, itulah idealisme untuk mana saya rela mati."

BEGITU MASUK PENJARA, Mandela dengan pemimpin ANC lainnya dituduh kejahatan lainnya. Kali ini dituduh sabotase. Ia dan rekan-rekannya didakwa dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Selama lebih dari dua puluh tahun, Mandela memimpin bangsanya secara tidak kentara dan secara sembunyi-sembunyi dari penjara. Dua kali para pemimpin dalam pemerintahan berusaha menyuapnya dengan menawarkannya kebebasan dengan syarat ia meninggalkan keyakinan-keyakinannya. Pertama kalinya, ia diberitahu bahwa ia bisa bebas dari penjara kalau saja ia mau mendukung kebijakan pemerintah untuk memindahkan warga berkulit hitam. Kedua kalinya, ia diberitahu bahwa ia bisa bebas dari penjara kalau saja ia mau meninggalkan kekerasan. Keduanya ia tolak.

AKHIRNYA PADA TAHUN 1986, sementara dunia ramai-ramai menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap pemerintah Apartheid, dan perlawanan dari warga berkulit hitam di Afrika Selatan meningkat, pemerintah menginisiatifkan pembicaraan tersembunyi dengan Mandela. Diskusi-diskusi tersebut akhirnya menuntun kepada dibubarkannya pemerintahan Apartheid dan dibebaskannya Mandela pada tanggal 11 Februari 1990. 

Tak Terbayangkan
PADA TANGGAL 11 MEI 1994, bangsa-bangsa di seluruh dunia merayakannya ketika mendengar bahwa Nelson Mandela telah didaulat menjadi Presiden Afrika Selatan. Yang baru satu dekade sebelumnya tak terbayangkan, sungguh-sungguh terjadi. Seorang pria berkulit hitam menjadi presiden sebuah negara yang sebelumnya menjadi lambang terkuat dari penindasan rasial di muka bumi ini.

MANDELA KETIKA ITU berusia tujuh puluh lima tahun. Ia telah menghabiskan seluruh kehidupannya memperjuangkan hal ini visi yang telah ditanamkan para tua-tua pada dirinya ketika ia masih kecil. Ia membantu menciptakan bangsa dimana rakyat berkesempatan hidup damai di bawah pemerintahan demokratis. Dan dialah satu-satunya orang di dunia yang bisa melakukannya. Ia telah pantas mendapatkan hak untuk memimpin Bangsa Afrika Selatan.

Seorang Pemimpin mengetahui jalannya, menempuh jalannya, dan menunjukkan jalannya John C. Maxwell.

(Tulisan ini disajikan untuk memacu Kemampuan Memimpin orang muda Indonesia dan mendukung semangat "Menuju Indonesia yang Lebih Baik" BRN).

* Buku "The Right to Lead" tersedia di semua Toko Buku KARISMA.

**********************************
LEADERSHIP

The first step to leadership is servanthood ~ John C. Maxwell.

The first responsibility of a leader is to define reality. The last is to say thank you. In between, the leader is a servant ~ Max DePree

The very essence of leadership is [that] you have a vision. It's got to be a vision you articulate clearly and forcefully on every occasion. You can't blow an uncertain trumpet ~ Theodore Hesburgh

Leadership is the capacity to translate vision into reality ~ Warren G. Bennis

If you lead on the people with correctness, who will dare not to be correct? ~ Confucius.

Leadership is an action, not a position ~ Donald H. McGannon

Leaders are the ones who keep faith with the past, keep step with the present, and keep the promise to posterity ~ Peter Ferdinand Drucker - Harold J. Seymour.

A good leader inspires others with confidence in him; a great leader inspires them with confidence in themselves ~ Unkown. 

**************************
ENAM BUTIR KEBAHAGIAAN SEORANG PEMIMPIN

(Menurut Romo A. M. Mangunhardjana, SJ - dalam bukunya "KEPEMIMPINAN" terbitan Percetakan Kanisius Yogyakarta, 1976)
  • Berbahagialah Pemimpin yang tahu kemana akan pergi, mengapa mesti pergi, dan mengenal jalan untuk pergi.
  • Berbahagialah Pemimpin yang bekerja demi kepentingan orang banyak dan bukan demi ambisi pribadi.
  • Berbahagialah Pemimpin yang tidak mengenal istilah turun mental, namun tetap sadar akan segala kekurangannya tanpa usaha menutupi dengan berbagai akal.
  • Berbahagialah Pemimpin yang sementara memimpin juga membina calon-calon pemimpin.
  • Berbahagialah Pemimpin yang kepalanya bertengger tinggi di atas awan, namun kedua kakinya tetap berpijak pada tanah yang keras ini.
  • Akhirnya berbahagialah Pemimpin yang melihat tugas memimpinnya sebagai kesempatan mengabdi kepada sesamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar