Quote of The Day ...

QUOTE OF THE DAY:
Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid, one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.~ Douglas MacArthur

Senin, 27 September 2010

Don't Waste Your Leadership

Jakarta, 1 Juli 2009
Malam ini saya cukup terperangah ketika membaca judul seminar Servant Leadership yang dibawakan dengan sangat bagus oleh Sen Sendjaya Ph.D, dosen Universitas Monash, di hadapan suatu komunitas di Jakarta Selatan. Judulnya singkat sekaligus menohok: Don't Waste Your Leadership!
 

Memang kadang kita lupa, bahwa tugas dan misi kepemimpinan acapkali diabaikan oleh sang pemimpin itu sendiri, sia-sia tertelan waktu, bahkan tidak sedikit menelan biaya.

Topik seminar yang menarik ini membawa saya kembali ke awal tahun 1983 ketika melahap sebuah buku yang sangat inspiratif buah karya Romo A. M. Mangunhardjana SJ, pembimbing siswa SMA Kolese De Britto, berjudul Kepemimpinan. Tulisnya dalam buku itu, Nikolai Lenin, gembong komunis yang kesohor itu pernah bilang: "Seandainya pada tahun 1917 itu di kota Petrograd ada beberapa ribu orang saja yang tahu apa yang mau mereka capai, kaum komunis niscaya tidak pernah berhasil menguasai Rusia".

Menurut Romo Mangunhardjana, kebanyakan tragedi dalam sejarah umat manusia tidak begitu saja terjadi oleh perbuatan maksiat kaum penjahat, melainkan juga karena kegagalan orang-orang bercita-cita tinggi, berbakat unggul dan berkepribadian baik namun enggan untuk berbuat sesuatu. Mereka inilah manusia-manusia yang membiarkan gagasan-gagasan bagus tetap terpendam dalam benak mereka, bakat mereka tidak produktif buat dunia sekitarnya dan kepribadian mereka tidak membahagiakan sesama.

Oleh kesalahan orang-orang semacam itulah banyak orang dibiarkan tinggal pasif tidak berbuat apa-apa, meskipun kehidupan mereka ada dalam bahaya. Oleh kesalahan orang-orang semacam itu, dunia dibiarkan bergerak di bawah pengaruh manusia-manusia tidak bermutu, tidak cakap, bermental bobrok, berjiwa petualangan, yang memanfaatkan situasi kacau demi keuntungan mereka sendiri.

Ketika saya berkesempatan melayani sebuah BUMN di Surabaya yang dipimpin seorang General Manager yang mengomandani 15 cabang di seantero Jawa Timur, saya melihat betapa mahal dan berharganya suatu kepemimpinan. Sepak terjangnya memacu semangat seluruh karyawan, sehingga banyak inovasi dilakukan dan saking antusiasnya karyawan, tidak sedikit yang masih bekerja melebihi batas waktu pulang pukul lima sore. "Semua karyawan disini seakan berpesta, enjoy menikmati perubahan yang tengah kami lakukan," seru sang GM. Namun perubahan itu kemudian menjadi mandeg manakala pak GM diganti oleh orang baru dengan pola pikir "business as usual". Tidak ada lagi inovasi dan tepuk tangan penghargaan atas setiap kreasi yang muncul. Ibarat sebuah mobil jeep sedang berlari kencang di arena off road, namun tiba-tiba kunci dilepas dan dibuang, mobil berguncang-guncang lalu berhenti tidak bergerak kemana-mana. Leadership menjadi sangat mahal dalam kejadian itu karena perubahan yang dipacu bertahun-tahun, sirna oleh keangkuhan sang pemimpin baru.

Barack Obama adalah suatu contoh keteladanan Kepemimpinan yang Melayani. Dia sudah mempunyai hati untuk melayani, hingga kemudian Amerika Serikat memilihnya untuk menjadi pemimpin negara adidaya itu. Terpilihnya Obama adalah sebuah afirmasi setelah perjalanan panjang Obama kecil yang sejak duduk di bangku SDN Besuki telah bercita-cita menjadi seorang presiden. Ia melayani rakyat Amerika Serikat bertahun-tahun dan bukan dadakan menjelang pilpres.

Nelson Mandela juga pemeran utama yang sangat penting untuk mencapai freedom yang adil bukan saja bagi Afrika Selatan namun juga bagi umat manusia. Belenggu penjara puluhan tahun tidak disia-siakan Nelson Mandela untuk memimpin dari balik jeruji pemasungan asasi manusia. Ia tahanan tapi tetap dapat memimpin perjuangan.

Tinggal satu minggu lagi Indonesia memilih pemimpin baru. Lebih dari 220 juta jiwa bergantung pada kemampuan sang pemimpin untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Inilah harapan kita semua seperti yang diutarakan dalam Enam Butir Kebahagiaan Seorang Pemimpin (A.M. Mangunhardjana, SJ dalam buku Kepemimpinan):
#1: Berbahagialah Pemimpin yang tahu kemana akan pergi, mengapa mesti pergi, dan mengenal jalan untuk pergi.
#2: Berbahagialah Pemimpin yang bekerja demi kepentingan orang banyak dan bukan demi ambisi pribadi.
#3: Berbahagialah Pemimpin yang tidak mengenal istilah turun mental, namun tetap sadar akan segala kekurangannya tanpa usaha menutupi dengan berbagai akal.
#4: Berbahagialah Pemimpin yang sementara memimpin juga membina calon-calon pemimpin.
#5: Berbahagialah Pemimpin yang kepalanya bertengger tinggi di atas awan, namun kedua kakinya tetap berpijak pada tanah yang keras ini.
#6: Akhirnya berbahagialah Pemimpin yang melihat tugas memimpinnya sebagai kesempatan mengabdi kepada sesamanya.

Kepada semua pemimpin dalam pemerintahan, perusahaan dan organisasi, ingatlah akan satu hal ini: Don't Waste Your Leadership!

(dari radio kecil terdengar sayup-sayup senandung Michael Jackson yang belum lama wafat:
We are the world
We are the children
We are the ones who make a brighter day
So let's start giving
There's a choice we're making
We're saving our own lives
It's true we'll make a better day
Just you and me...)


Mari Belajar Sambil Beramal,
Benyamin Ruslan Naba

SENT - Simaeru Education Network
(Simaeru berasal dari kata dalam Bahasa Mentawai yang berarti "Baik dan Indah", Good and Beautiful)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar