Quote of The Day ...

QUOTE OF THE DAY:
Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid, one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.~ Douglas MacArthur

Jumat, 12 November 2010

Simaeru eNewsletter ~ edisi 11/I/2010

Profesional, Entrepreneur dan Pembelajar,
SEMANGAT PAGI!


Setiap minggu ESTUBIZI Business Center memilih artikel "baik dan indah" (Simaeru) yang membangkitkan inspirasi dan gagasan kreatif yang diambil dari berbagai sumber. Simaeru adalah sebuah kata dalam Bahasa Mentawai, suku terasing di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang berarti baik dan indah (good and beautiful).


Topik edisi ini adalah "Belajar dari Teladan Pluralisme Nurcholis Madjid, Guru Wisdom Bangsa Indonesia". Selamat menikmati!

Salam Pembelajaran. Mari Belajar Sambil Beramal!
Benyamin Ruslan Naba

ESTUBIZI Business Center - One place more activity
www.estubizi.com ~ http://estubizi.blogspot.com
Managed by PT Simaeru Indonesia Raya

T: 021-52 900 828
F: 021-52 971 875
SMS: 0882 1010 5812



*****************
* Artikel Pilihan Simaeru Minggu Ini
* Percikan Permenungan

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
One of the tests of leadership is the ability to recognize a problem before it becomes an emergency. ~ Bill Newman
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>




CAK NUR, PEMELIHARA INGATAN                                                                                                                                                                                                            Belajar dari Teladan Pluralisme Nurcholis Madjid, Guru ”Wisdom” Bangsa Indonesia - (diambil dan disalin dari TEMPO InteraktifSelasa, 30 Agustus 2005)                                                                                                                                                                                                                                                                                                 BINTANG PALING CEMERLANG di langit intelektual Indonesia itu -- Dr. Nurcholish Madjid alias Cak Nur -- redup sudah. Senin, 29 Agustus 2005, pukul 14.05, di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Cak Nur dipanggil Tuhan pulang. Bukan hanya kita di Indonesia yang berduka. Semua umat manusia pembela pluralisme dan kebebasan berpikir selayaknya kehilangan.
SETIAP UPAYA MENGENANG tokoh besar sekaliber Cak Nur hampir selalu diintip ancaman dua persoalan: menggelembungkannya menjadi begitu besar sehingga yang terpotret bukanlah sosok historis melainkan mitologis; atau memereteli dan memotretnya dari salah satu dimensi kecilnya sehingga sang tokoh terbonsaikan. Keduanya mengidap persoalan yang kurang-lebih serupa: kegagalan memahami sang tokoh dan memposisikannya dalam centang-perenang hidup kebangsaan kita.


JIKA SAJA MASIH HIDUP, Cak Nur akan menjadi orang pertama yang berupaya habis-habisan menghindari dua kemungkinan kekeliruan itu. Cak Nur adalah penganjur teguh keharusan memahami keadaan--termasuk sosok-sosok di dalamnya--secara saksama dan cermat berbasiskan kesahajaan fakta, kejujuran, dan obyektivitas. Maka bukan hanya ceramah agamanya yang terasa sejuk, analisis dan kesaksian Cak Nur atas keadaan hampir selalu tepat dan mencerahkan.



MAKA, BAGI SAYA, PERAN CAK NUR yang tetap penting melintasi batas usia hidupnya adalah pemelihara ingatan. Sampai akhir hayatnya, Cak Nur terus terjaga untuk memahami kemarin, hari ini, dan esok secara saksama. Sebagaimana St Agustinus, ia memahami waktu sebagai tiga lipat masa kini: masa lampau sebagai memori masa kini, masa kini sebagai arena kerja keras, dan masa depan sebagai harapan masa kini.



BAGI SAYA, SALAH SATU AJARAN TERPENTING Cak Nur adalah anjurannya agar kita memenangi perkelahian melawan waktu. Berbaik-baik dalam perkelahian dengan masa lalu, berbaik-baik berkelahi dengan banyak persoalan hari ini. Berbaik-baik merumuskan dan merebut esok.



DI TENGAH KRISIS EKONOMI 1997 yang kemudian membidani kelahiran reformasi, Cak Nur sempat mengajukan konsep Khusnul Khotimah. Di tengah samudra cacian atas Orde Baru dan terutama Soeharto, Cak Nur justru mengingatkan perlunya memahami aspek baik dan buruk Orde Baru dan Soeharto secara proporsional. Dengan modal itu, Cak Nur menyarankan agar Soeharto diberi jalan yang lapang untuk mengakhiri kekuasaannya secara baik.



SEJAK MASA ITU, Cak Nur juga mengingatkan pentingnya merumuskan bangunan rekonsiliasi nasional yang layak bagi Indonesia. Ia termasuk salah seorang yang gigih mengajak tak melupakan masa lalu yang kelam tapi sambil menganjurkan agar semua pihak mengumpulkan ruang maaf yang luas atas masa lalu yang penuh keliru.



CAK NUR MENGAMPANYEKAN rumusan rekonsiliasi semacam itu sambil tetap mengingatkan betapa pentingnya "batas". Masa lalu dan hari ini mesti dijaga oleh batas yang tegas. Jika tidak, kita sebagai bangsa akan dengan mudah terjerumus ke dalam lubang yang sama berkali-kali. Maka rumusan Cak Nur tentang masa lampau kurang-lebih adalah jangan pernah lupakan, maafkan, dan dirikan batas tegas.



BAGI SETIAP ORANG, di tengah euforia reformasi masa itu, anjuran Cak Nur boleh jadi terasa lunak. Tapi setelah reformasi berjalan lebih dari tujuh tahun, terbukti bahwa rumusan itulah yang sejatinya paling layak untuk demokratisasi Indonesia dengan segala konteksnya. Sayangnya, tujuh tahun lebih kita alpa pada anjuran Cak Nur itu. Banyak kesempatan emas bagi rekonsiliasi akhirnya lenyap tertelan waktu.



TENTANG “HARI INI”, Cak Nur terus mengampanyekan perlunya sikap realistis dalam menjalani demokratisasi. Sambil menimbang modal sosial-politik-ekonomi bagi demokrasi yang kita miliki, ia kerap mengingatkan betapa demokratisasi Indonesia tak akan mudah, murah, sederhana, dan sebentar. Ia menganjurkan agar Indonesia ikhlas menerima hasil demi hasil dari setiap tahapannya tanpa tergopoh-tergesa hendak memetik hasil besar, dramatis, sekejap.



PEMIKIRAN CAK NUR TENTANG DEMOKRATISASI Indonesia mau tak mau mengingatkan saya pada permainan Jumanji. Setiap pemain menentukan langkahnya sendiri segera setelah melempar dadu. Setiap langkah senantiasa punya risiko; ancaman bahaya tersedia di setiap tahapan. Namun, permainan tak boleh dihentikan hingga para pemain mencapai Jumanji: sebuah kota idaman dengan gedung-gedungnya yang bermahkotakan menara-menara terbuat dari emas.



BAGI CAK NUR, TAK ADA LANGKAH MUNDUR dalam menjalani demokratisasi. Kesadaran, kesabaran, dan kesediaan kerja keras mesti disediakan untuk menjalani jalan demokratisasi yang berat, panjang, dan berliku. Untuk menggarisbawahi kesadaran akan keterbatasan modal, perlunya kesabaran dan kerja keras, dalam berbagai kesempatan Cak Nur mengingatkan bahwa sangat boleh jadi Indonesia membutuhkan rentang hidup satu generasi untuk mengkonsolidasikan demokrasi.

TENTANG MASA DEPAN, Cak Nur merumuskannnya dengan ringkas sebagai "membangun kembali Indonesia" yang perinciannya sudah banyak diberitakan dan dibahas di tengah persiapan pemilu presiden, 2003-2004. Bagi Cak Nur, Indonesia yang demokratis, terbuka, dan adil bukanlah sesuatu yang mustahil.

DALAM PESANNYA UNTUK PERINGATAN 60 tahun Indonesia merdeka, 12 hari sebelum wafat, Cak Nur menandaskan, "Diperlukan kekuatan besar dan tangguh untuk mengatasi persoalan bangsa kita. Kekuatan itu, insya Allah, bisa terwujud dengan adanya peneguhan kembali ikatan batin semua warga negara pada cita-cita nasionalnya, disertai pembaruan tekad bersama untuk melaksanakannya."

SELAMAT JALAN, CAK NUR. Semoga kita yang ditinggalkan pandai memelihara ingatan dan dengan itu bisa memenangi perkelahian dengan waktu.

Eep Saefulloh Fatah
Pengajar di Universitas Indonesia

(Tulisan ini disajikan – di tengah kegundahan akan ”kekerdilan jiwa yang tak mensyukuri” atas karunia kekayaan Indonesia dalam ragam perbedaan - untuk mendukung semangat ”Menuju Indonesia yang Lebih Baik” – BRN).
*************************************************** 

THE LEADER HAS WISDOM
Wisdom is the ability to apply knowledge and experience to any given situation.
Wisdom is the something that enables us to use knowledge rightly.
Wisdom resists group pressures, thinks for itself, and is reconciled to the use of its own judgment.
It doesn’t matter how much money you have; everyone has to buy wisdom on the installment plan.
The person who thinks he knows everything has a lot to learn!
Thomas A. Edison made the comment, “We do not know one millionth part of one percent about anything. We do not know what water is. We do not know what light is. We do not know what electricity is. We do not know what gravity is. We do not know anything about magnetism. We have a lot of hypotheses, but that is all.”
Wisdom is making the best use of knowledge. Develop the ability of discernment. The effective leader has the insight needed for any given situation.
One of the tests of leadership is the ability to recognize a problem before it becomes an emergency.
(Diambil dari buku “The Ten Laws of Leadership” buah karya Bill Newman).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar